Musa Caplan - Pemuda Yahudi Masuk Islam Melalui Chatting Internet...

Chatting di internet selalu digunakan ramai orang untuk keperluan yang kadang-kadang tidak bermanfaat. Tapi melalui Chatting, seorang remaja Yahudi telah memeluk Islam.

Musa Caplan nama penuhnya. Baru berusia 16 tahun. Sebelum memeluk Islam, Musa beragama Yahudi. Keluarganya bukanlah dari kalangan Yahudi tradisional (orthodok). Namun ia telah belajar agama dari penganut tradisional.

“Aku belajar agama dari kumpulan Yahudi Orthodok di sinagog (rumah ibadah kaum Yahudi-red). Demikian pula pendidikan formal juga di sekolah orthodok,” tutur Musa. Tinggal di dlam masyarakat Yahudi Orthodok di Amerika Syarikat, ia seakan ”putus” hubungan dengan dunia luar. Pada ketika itu Musa tidak punya kawan non-Yahudi sama sekali. Melalui bantuan internetlah ia mendapatkan ramai kawan, terutama dari kalangan Islam. Dari perbincangan online, ia telah mulai ragu dengan agamanya dan akhirnya bersyahadah melalui internet.

Berikut kisahnya seperti dituturkan di di situs readingislam.com.

Kenal Islam melalui internet
“Belakangan, sejak kenal internet, aku jadi suka berchating. Dari situlah boleh mendapat kenalan dengan berbagai macam kalangan, suku dan agama,” imbuhnya. Bahkan, e-mail Musa secara perlahan mulai terisi oleh kawan-kawannya yang beragama Islam. Sejak dari itulah ia mulai tertarik mempelajari Islam.

“Saya menaruh perhatian sangat istimewa dengan Islam. Kami saling bertukar info tentang Tuhan, nabi, moral, dan nilai-nilai agama. Perlahan aku jadi tahu banyak tentang Islam. Ternyata Islam adalah agama yang penuh damai. Begitupun aku belum boleh menghilangkan imej buruk tentang Islam. Misal ketika kudengar ada serangan teroris, sama seperti yang lainnya, aku menuding Islam itu ekstrem.” akui Musa. Beruntungnya ia punya kawan online beragama Islam. “Dialah yang telah membuka pintu Islam kepadaku.”

Hasil dari banyak bertanya pada dirinya sendiri. Apakah agama Islam mengajarkan perkara itu (membunuh orang tak berdosa)? Katanya Nabi Muhammad adalah seorang pejuang besar dan tidak pernah membunuh orang tak berdosa.

“Dari perbincangan itu aku yakin Islam juga mengajarkan hormat, damai, dan toleransi. Tidak pernah disebutkan untuk membunuh orang selain Islam. Dalam Al-Quran ada satu pelajaran yang sangat berharga dan dalam maknanya:”Membunuh seseorang, sama dengan merosak seluruh dunia.” Musa menyebut sebuah ayat Al-Quran.

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. (Al-Ma'idah:32)

Setelah yakin Islam bukan agama perang, Musa memutuskan untuk mempelajari Islam lebih mendalam. Ia justru menemukan keragu-raguan dalam agamanya sendiri.

“Entah mengapa pandanganku sangat sesuai dengan pandangan Islam. Aku bahkan menduga Kitab Perjanjian Lama, misalnya, telah banyak diubah. Diubah semata-mata untuk kepentingan materi.”

“Hal menarik lainnya yang membawaku makin condong ke Islam adalah kebenaran ilmiah (scientific truth) yang ada dalam Al-Quran. Kandungan ilmiah Al-Quran luar biasa. Misal Quran menceritakan bagaimana kejadian manusia yang berawal dari sperma manusia. Asal mula kehidupan manusia sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran itu jauh sebelum ilmu pengetahuan ditemukan,” hujah Musa mantap.

“Al-Quran juga menyatakan bagaimana gunung-gunung dibentuk dan berbicara tentang lapisan atmosfir! Ini semuanya hanya beberapa dari begitu banyaknya penemuan-penemuan ilmiah, yang telah ada dalam Al-Quran 1400-an tahun yang lalu jauh sebelum penemuan-penemuan ilmu pengetahuan masa ini. Inilah salah satu kunci atau faktor yang menghantarku menemukan kebenaran dalam kehidupan,” katanya bersemangat.

Musa menambahkan ada banyak website yang selalu salah dalam mentafsirkan ayat-ayat tertentu. Misalnya ayat-ayat tentang “perang”. Dikatakannya, kebanyakan web2 itu mengambil bahagian “perang”tersebut untuk membuat pendapat bahwa Islam agama suka perang.

“Padahal tidak demikian. Dalam bahasa Arab, kata Islam berasal dari salama yang bermakna “damai atau selamat”. Aku sangat yakin Islam agama damai.”

Tidak berani tinggalkan shalat

Sejak tragedi 9/11 banyak masyarakat AS memeluk Islam termasuk wanita yahudi
Menilik usianya yang masih sangat muda dan tinggal di lingkungan kaum Yahudi, Musa menghadapi banyak tantangan. Terutama dari keluarganya.

“Sungguh sangat susah bagi mereka jika tahu aku telah menukar keyakinan. Jujur saja, keluarga dan sanak saudara semua sayang padaku. Apa reaksi mereka kala mengetahui anak laki-laki kesayangannya telah masuk Islam? Karana itu, sementara waktu aku tak menonjol memperlihatkan kehidupan Islam secara sempurna dalam kehidupan harian. Namun aku bersyukur kepada Allah, diberikan kekuatan hingga tetap boleh menunaikan sholat lima waktu dengan lancar. Khusus shalat saya berikrar untuk tidak meninggalkannya,” tutur Musa.

Menariknya, tatacara amal ibadah dalam Islam, seperti sholat dipelajarinya melalui chatting dengan rakan muslim dan juga mencari maklumat di internet.

“Paling kurang aku boleh tetap memelihara keyakinan pada Allah.”

Musa belum berani memberitahukan kepada kedua orangtuanya bahwa sudah memeluk Islam. Karana itu pula ia belum berani keluar rumah guna mendatangi masjid untuk sholat. Seperti disebutkan di atas, tempat tinggalnya adalah kawasan Yahudi Orthodoks dan masjid yang ada letaknya pun sangat jauh dengan rumahnya.

Karana usia yang masih sangat belia, Musa terkadang susah mengendalikan emosinya. Misal kala berdebat sesuatu tentang Muslim, katakanlah tentang Timur Tengah, hatinya jadi mudah meletup.

“Saat perbincangan seluruh anggota keluarga sudah pasti mendukung Israel. Mereka tidak tahu bagaimana kenyataan yang sebenarnya. Seperti bangsa Palestin, saya fikir seharusnya mereka memperlakukan rakyat disana secara baik. Ketika keluargaku berbincang tentang keadaan di sana, terutama semasa mereka menyebut-nyebut “Tanah suci bangsa Yahudi” atau “Tanah Impian”, entah kenapa hatiku menolaknya dan bahkan ada rasa marah. Saya jadi mudah tersinggung.” aku Musa panjang lebar.

Susahnya bersyahadah di khalayak ramai
“Aku belum dapat kesempatan untuk mengucapkan syahadah dengan disaksikan khalayak ramai. Meskipun begitu aku telah bersyahadah di hadapan yang Maha Menyaksikan, yakni Allah SWT. Nanti ketika umurku sudah cukup dan dianggap dewasa untuk hidup sendirian, maka aku berniat untuk melangkah ke masjid, insya Allah. Hal terpenting masa ini adalah meningkatkan kualiti diri (iman),” ujarnya.

Diam-diam Musa bahkan mulai berdakwah dengan mengajak rakan-rakan sepermainannya untuk meninggalkan minum-minuman keras, menonton film porno, menjauhi ubat-ubatan terlarang dan mencuri. Namun sudah tentu hal itu tidaklah mudah. Musa mencuba semampu yang ia boleh.

“Semuanya demi dan untuk Allah. Aku berharap sepanjang waktu yang ada boleh mengerjakan apa yang Allah mahu dari hamba-Nya.”

Musa, uniknya, tidak mahu disebut telah menemukan Islam atau masuk Islam ataupun telah mendapatkan cahaya terang selepas berada dalam kegelapan. Akan tetapi ia ingin dikatakan telah kembali kepada Islam. Semoga Allah membimbingnya kepada jalan yang benar sebagaimana Allah telah membimbing kita semua. Amiin.

No comments

Powered by Blogger.